Singgah di Sarang Lebah

mimpi itu datang lagi
seperti biasa, pada suatu pagi, sejuk, cerah, kau membersamaiku
di kebun, bermain
menjumpai laba-laba kuning lagi membungkus makhluk-makhluk kecil yang terjebak di jaringnya
hingga ada suatu makhluk kecil bersayap berontak bergerak-gerak cepat, namun tak jua diapa-apakan oleh laba-laba berpunggung kuning itu
hingga kita sepakat tuk membebaskan makhluk malang itu

laba-laba kuning membiarkan saja, rupanya ia merelakan,
makhluk malang itupun terbebas, oh, rupanya ia adalah seekor lebah mungil yang di kakinya terdapat ember-ember madu yang sudah remuk,
lebah itu sepenuhnya bebas, terus terjatuh lemas kelelahan,

ia mengepakkan sayapnya.
Setelah istirahat sebentar, ia menggerakkan lagi sayapnya dengan cepat, naik-turun lantas mengajak kita ke sangkarnya
dan kita setuju

Kita membuntutinya menyusuri kelok batang, cabang pohon jambu biji, timbul tenggelam di helai-helai daun,

kitapun sampai.

Kukira sangkarnya akan sangat ramai berisi petugas pengumpul madu yang berlalu-lalang, tapi yang kulihat, sangkar itu sepi sekali,
letak sangkarnya ada di antara akar-akar pohon jambu biji, lebih dekat ke tanah
lebah kecil itu juga curiga dan tak berani masuk ke sangkarnya

kuberanikan diri tuk masuk

Oh, pantas saja, rupanya ada 3 ekor cecak yang ada di dalamnya. Segera kuusir cecak-cecak itu hingga pergi jauh dan semoga tak kembali lagi. Aku segera masuk lebih dalam lagi hingga menemukan ruang bawah tanah,
kujumpai ada ratusan lebah terdiam siaga,

kukabari pada mereka kalau cecak itu sudah pergi,
selanjutnya mereka berani keluar,
selanjutnya bersorak-sorai

kita, aku dan kau disuguhi madu yang manis nan harum sambil kita berpandangan, mengagumi masing-masing, senyum…
petugas pengambil madu beraktivitas kembali dengan dengungan sayapnya yang membentuk suatu irama

Hingga aku terbangun,
dan berpikir,
apa maksud mimpi tadi?
Siapa engkau yang membersamaiku tadi? Yang kuingat, kalau kau adalah seseorang yang mustahil kudampingi…

tak terasa keluar air dari kelopak mata,

apakah ini tangisan, tangisan yang muncul karena diri tak mampu mendefinisikan apakah mimpi tadi adalah mimpi indah atau malah mimpi buruk,
iya, mimpi buruk karena memimpikan seseorang yang tak bisa teraih?

Hm, kenapa seolah postingan ini berisi keluhan pesimis ?
Bukankah judul blog ini adalah superblog, blog yang super dengan harapan berisi postingan-postingan positif yang mencerahkan pembacanya?

Oke, saatnya kembali ke khittah blog ini, kalau ini adalah blog yang super. Ku anggap saja air yang keluar dari kelopak mata tadi bukan tangisan, tapi adalah air liur yang bosan keluar lewat mulut,

air liur yang terbit sebagai pembebas dari kemunafikan,
air liur penegas kalau diri ini masih normal, masih memiliki nafsu indah yang mengalir sesuai kodrati, menunggu berpadu,
dan langit juga menemani, ikut mencurahkan air liurnya semenjak siang-malam tadi…

***

14 pemikiran pada “Singgah di Sarang Lebah

  1. haha ora mudeng lah
    gaya bahasa tingkat kabupaten..

  2. Singgah disarang lebah, gak takut keluarnya babak belur…

    • ikan belut ke teluk bayur, berjumpa penyu berpunggung rata,
      ku takkan takut babak-belur, karena aku dan lebah telah seiya-sekata

  3. lebahnya serem jugak 🙂

  4. di halaman rumahku kl musim panas jg byk lebah, cakep cakep deh 😛

    • di halaman rumah banyak lebah?
      berarti juga di sana banyak bunga,
      pemilik halamannya pasti orang yang ramah,
      dan senyumannya semanis bunga

Tinggalkan Balasan ke Mila Batalkan balasan