Lima W

Pohon Tumbang dan Ceritanya

“Apa kau tahu, dimana harus kubeli pohon wibawa? Akan saya beli untuk nanti ditanam di kebun hati, karena atmosfir hati telah terkontaminasi asap egois. Pohon itu nanti kutanam supaya daun-daunnya bisa menyaring udara kotor itu tadi. Udara yang terkontaminasi itu sudah menjalar sampai di otak dan mengacaukan kerja.”

“Bagus sekali kau berniat membeli pohon wibawa itu, tapi sayang, aku tak tahu siapa yang mau menjualnya dan di mana, dan kalaupun ada yang menjualnya, apakah kau punya wang untuk membelinya?”

“Apakah bisa dibeli dengan kredit?”

“Aku sama sekali tidak tahu Nak, setahuku, pohon wibawa hanya bisa tumbuh jika tanah hatimu kau suburkan dengan syukur dan sabar. Lantas benih-benihnya berasal dari zikir dan pikir yang positif, dan terakhir, kau harus memiliki pasangan hidup yang bisa menentramkan seluruh sudut dan sendi-sendi software dan hardware tubuhmu.”

“Kukira menyandang harkat dan martabat sebagai manusia ini begitu berat, harus punya kewibawaan, harus punya kekuatan dan memiliki kearifan dalam mengelola dunia yang hanya tempat persinggahan ini untuk nanti hasilnya bisa dipetik di akhir nanti.”

“Berat, memang berat, untuk bisa menjadi lelaki sejati, kau selain harus punya wibawa, wang dan wanita, kau juga harus punya sarana tambahan, yakni wisma dan wahana. Wisma adalah tempat untuk tinggal dan tempat untuk meninggal, memberikan tempat tinggal nyaman buat istri. Wisma juga adalah sebuah tempat yang bebas kau setting supaya bisa memaksimalkan kerja.

Kemudian wahana adalah kendaraan untuk bisa membawamu berpindah sudut pandang ke dari titik satu ke titik lainnya.”

“Bagaimana jika diri ini belum juga bisa mendapatkan semua itu? Kebelum-sejatian ini membawaku dalam penjara sepi disertai ketakutan menatap mentari di siang hari dan kesakitan mata ini karena tertusuk udara malam. Seperti banyak dilema yang saling berkaitan. Dan aku mengalami kebangkrutan, tak punya apa-apa lagi serta kehilangan umur dan nafas…”

“Akupun tak tahu Nak, karena Sang Pencipta yang menuliskan takdirmu bekerja dengan cara misterius. Bekerja keraslah di siang hari dan berusaha sekeras mungkin berdoa bagai rahib di malam hari. Konsentrasilah dulu dengan pohon wibawa yang tengah kau usahakan tumbuh ini baru kemudian yang lain-lain akan mengikuti. Jika kau terpenjara sepi, berusahalah untuk nikmatilah.”

“Menikmati sepi sebagai rekreasi sejati dari lelaki yang belum sejati? Aku hanya takut bila terlalu lama menikmati penjara sepi ini akan lupa segala-galanya, terbius polusi egois ini.”

“Mulai sekarang berusahalah sedikit mungkin menggunakan kata “Aku” dan semoga pohon itu segera bertunas.”

***

Referensi: Kerygma-Remy Sylado

6 pemikiran pada “Lima W

  1. Mikir mikir dulu nih 😛

  2. Duh….
    merasa tertohok baca postingan inih…

    Dimanakah beli pohon itu Saktiii??
    Kalo ada yang jualan, daku juga mau beli…

    Untuk memperbaiki sikapku yang kebanyakan labil ini:)

  3. Sulit memang menghilangkan sifat ke ‘aku’ an ^^
    Terimakasih atas share nya yg begitu indah

Tinggalkan komentar