Pesolek itu Dijemput Waktu

Aku, kau, dia dan kalian semua
adalah pesolek-pesolek dunia
di kolam penuh fauna fana

Tuhan sudah berikan lengkap
doa-doa pun telah terjawab

hanya saja ada hamba yang sadar
dan banyak pula yang tidak sadar

Tangan kekar waktu bergerak tegas, namun pelan
membuka rongga demi rongga perlahan

melalui segala usia hingga tua menjelang
bagiku waktu benar lembut mengaburkan jalan pulang

tetapi, ia tidak nakal, hanya bijak dan tawakal
mematuhi perintah Pembuatnya tanpa sangkal

benar, ia sudah merobek-robek kain kita punya baju
baju dunia maupun baju kafan putih salju

walau mulut-mulut kita telah mati-kata
setidaknya karya masih tetap bersinarkan cinta


Selamat Jalan Pakdhe Joko Pinurbo, 27 April 2024

udik dan lugu

anak kecil itu termenung berdiam diri

menatap dunia dari mata pedihnya

pedih terkena debu angin kemarau

kering hangat membuatnya sering-sering berkedip. Lama memejamkan mata.

ia mengutuk pikirannya yang sederhana

tidak bisa dan tidak mau mengikuti algoritma dunia

karena tiap ia keluar ke luar sana

ditemuinya para pemakan bangkai-bangkai manis rasa

Tidak ada cara lain: ia berencana membuat dunia sendiri

sebuah wahana yang masih murni

Langit biru tak terhingga dan tinggi

dengan rotasi waktu yang tulus di setiap inchi

mengalun suara bergesekan dedaunan bagai lagu

Tidak ada hiruk pikuk serba terburu-buru

tenang, mengalun bisik merdu

bersyukur ia, punya pikiran udik dan lugu.

Di Tanah Lapang

Di meja tanah lapang itu,
Setelah kita berlarian
Menerobos rumput liar suket dom-doman
yang bunganya tajam
Menusuki kain-kain kita
Meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan

Kita duduk dan menunggu pelayan angin
Datang membawakan pesanan kita
Aku pesan tangkai-tangkai rumput untuk kugigiti
tak lupa minuman es aroma embun senja

Kau, seperti biasa, tidak pesan apa-apa
Hanya memandangi anak-anak kucing
Yang berebut duri ikan lele di warung dekat tanah lapang
Oh, aku salah
Rupanya kau belum memesan karena memang menumu belum siap
Nah, aku tahu yang kau mau
Pasti bubur gelap malam yang menyisakan jingga senja itu, khan?

Saatnya kita pulang,
Karena sudah kenyang akan rasa lapar yang memenuhi sudut-sudut ruang kita.